Blogger Dewasa: Menuju Kesuksesan Materi

Blogger dewasa

Siang ini saya bosan lihat beranda Facebook.

Isinya itu-itu saja.

Beda dengan blog saya yang isinya ini-ini saja. Heheheh.

Dari pucuk atas saya scroll terus menuju ke bawah, lhah kok isinya sama terus.

Hampir semuanya tidak sabaran. Ibarat kertas, mereka layaknya kwitansi yang tidak kunjung dewasa.

Tiba-tiba hp jadul saya berbunyi.

"Ajari cari uang lewat blog dong bro. Yang cepet. Lagi butuh duit nih buat bayar bulanan." begitulah isi chat yang masuk dari teman saya.

"Bujuggilakk...", batin saya.

"Aih, di sini ndak ada yang CEPET mas bro. Adanya yang mudah.", balasku dengan sedikit dewasa.

Terkadang saya miris juga dengan keadaan seperti ini.


Meskipun saya dulu begitu, tapi dewasa ini, saya tidak lagi terobsesi dengan uang datang dengan cepat.

Karena saya sadar bahwa, segala jenis bisnis di dunia itu tidak ada yang ujug-ujug gedhe tanpa ada proses.

Bisnis itu seperti mendidik anak dari bayi hingga dewasa. Di awal kita perlu sabar, kita belajar banyak hal.

...pada saat bisnis kita sudah dewasa, dia dapat terus berkembang karena di awal kita sudah belajar mengurus bisnis itu.

Banyak orang berjuang siang malam membuat artikel untuk daftar Adsense tapi akhirnya ditolak.

Banyak juga orang yang cuma membuat satu dua artikel per minggunya, sudah mendapat Rp30.000.

Ada juga orang yang berjuang belajar SEO yang akhirnya bisa tapi tetep tidak dapat pendapatan.

Tapi ada juga orang yang cuma tau beberapa ilmu SEO malah dapat penghasilan tetap per bulannya Rp2000.000.

Apa yang salah?

Mindsetnya. Pola pikirnya.

Ketika kita terjebak dengan kata cepat, kita cenderung agresif, yang penting cepat, dan nggak mau tau.

Berbeda jika kita terjebak dengan kata mudah, kita lebih santai karena pola pikir kita "Ini mudah. Saya rela melakukannya setiap hari. Karena ini mudah."

Hmm.. Tapi tak apa, dia sedang menjalani proses pendewasaannya.

Semoga pada saatnya nanti dia benar-benar menjadi blogger dewasa.

"Ah pulang dulu.", batinku daripada mikir macem-macem terus di sini.

"Eh. Tong... mana duitnya, gaji gedhe bicara dewasa, masak mbayar tahu aja nggak kuat."

Labels: